Cuaca di kota Ambon pagi ini kurang bersahabat, hujan lebat turun mengguyur kota sepanjang malam, membuat mata malas untuk dibuka yang ada hanya selimut yang semakin kecang didekap.
Pada saat seperti itu memang tidur yang paling enak untuk dilakukan, tetapi tugas tidaklah mengenal enak atau tidak enak "show must be go on" (mudah-mudahan ga salah nulisnya).
Sambil menunggu peserta yang ternyata memang masih sulit untuk melek padahal jam di lokal area sudah menunjukan pukul 8.30 wit. saya coba membahas sedikit permasalahan tentang rombel yang tidak normal. Dari sepanjang hasil roadshow yang saya lakukan dibeberapa provinsi permasalahan yang sering terjadi adalah rombel tidak normal.
Rombel dikatakan tidak normal jika rombel tersebut dalam penyusunannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan-undangan yang telah ditetapkan untuk lebih jelasnya silahkan pelajari Permendiknas No. 22 Tahun 2006. untuk permennya silahkan cari sendiri ya.. blum sempet upload materinya.
Dalam permendiknas tersebut dinyatakan jumlah jam mengajar pada masing-masing jenjang kelas untuk SMP adalah 32 jam dan boleh menambah 4 jam, sehinga jumlahnya menjadi 36 jam.
Begitu juga dengan SD untuk kelas tinggi (4,5,6) jumlah jam perombel adalah 32 jam plus 4, sedangkan untuk kelas bawah kurang dari 32 jam plus 4, jika penerapan ktsp pada kelas bawah murni mengacu pada ktsp maka guru kelas yg mengajar pada kelas 1 tentu tidak akan mencukupi 24 jam mengajar, oleh karena itu penghitungan di SD disamakan untuk semua kelas adalah 32 jam plus 4.
Rombel menjadi tidak normal jika pada rombel tersebut jumlah jam perminggu lebih dari 32+4 = 36 jam.
Rombel juga jadi tidak normal jika didalam rombel tersebut memiliki data matapelajaran yang sama lebih dari satu orang guru yang mengajarnya... (Penguncian data PTK di P2TK Dikdas)
Contoh :
Pada sekolah dasar eta memiliki 6 kelas rombel. Masing-masing kelas 1-6 satu kelas. Disekolah tersebut memiliki 8 guru kelas sudah sertifikasi, 2 guru penjas dan 1 guru agama.
Dari jumlah kelas dan jumlah guru kelas yang ada saja sudah dapat dibaca bahwa sekolah tersebut kelebihan guru.
Pada ilustrasi berikut ini kepala sekolah sudah sertifikasi sebagai guru kelas dengan kode 027.
Kelas | Mapel | Jam | Keterangan | |
I | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 4 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
II | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 3 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
III | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 4 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
IV | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 4 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
5 | PPKN | 2 | ||
V | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 4 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
5 | PPKN | 2 | ||
VI | 1 | Guru Kelas | 24 | Normal |
2 | PAI | 4 | ||
3 | Penjas | 4 | ||
4 | Mulok Bahasa Daerah | 2 | ||
5 | PPKN | 2 |
Pada ilustrasi diatas, kelas ini ideal untuk jumlah guru kelas sebanyak 7 orang termasuk kepala sekolah (KS dapat memegang PPKN), 1 orang guru penjas dan 1 orang guru PAI. Jika ini yang diterapkan pada sekolah "eta" maka ada dua guru yang SKTPnya tidak bisa terbit, yaitu 1 guru kelas dan 1 guru penjas.
Jika sekolah menambahkan jam pelajaran baru maka status rombel menjadi tidak normal.
Contoh lainnya pada jenjang SMP :
Mata Pelajaran | Nama Guru | JJM | JJM KTSP |
---|---|---|---|
156-Bahasa Indonesia | YSR | 4 | 4 |
157-Bahasa Inggris | E.SPd | 5 | 4 |
810-Bimbingan dan Konseling (Konselor) | Pri | 1 | 0 |
097-Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) | SS | 5 | 4 |
100-Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) | AN | 4 | 4 |
100-Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) | WR | 4 | 4 |
227-Keterampilan | SS | 2 | 2 |
180-Matematika | KK | 4 | 4 |
063-Muatan Lokal Potensi Daerah | SP | 2 | 0 |
127-Pendidikan Agama Islam | ME | 2 | 2 |
220-Pendidikan Jasmani dan Kesehatan | SMS | 2 | 2 |
154-Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) | RL | 4 | 2 |
154-Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) | Stres | 2 | 2 |
217-Seni Budaya | SK | 1 | 2 |
217-Seni Budaya | Rus | 1 | 2 |
224-Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) | Mul | 2 | 0 |
Jumlah Jam Mengajar Rombel | - | 45 | 38 |
Pada contoh diatas yang menyebabkan rombel tidak normal adalah karena jumlah jam lebih dari 36 dan ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh dua orang guru (IPS, PPKn, Seni Budaya).
Bimbingan konselor tidak menyebabkan rombel tidak normal walaupun jumlah jamnya terhitung dalam JJM di rombel tetapi tidak dihitung pada JJM Ktsp.
Sebenarnya rombel diatas akan menjadi normal jika IPS, PPKn dan Seni Budaya tidak double.
Apakah JJM rombel diatas menyebabkan semua guru menjadi tidak terbit SKTPnya,????
Jawabanya tidak,
Misalnya guru "KK" yang mengajar matematika, dia akan terbit SKTPnya jika dia memang mengajar 24 jam dan pada rombel lain tidak termasuk salah satu yang menyebabkan rombel tidak normal.
Kenapa "KK" bisa terbit ?
Jawabannya "KK" mengajar sesuai dengan aturan yang ada, yaitu sesuai dengan KTSP yang sudah ditetapkan. Jumlah jam mengajar "KK" pada rombel diatas tidak melebihi jumlah jam KTSP yaitu 4 jam. sehingga "KK" tidak menyebabkan rombel menjadi tidak normal.
Tapi "SS" guru IPA tidak bisa terbit SKTPnya sebab dia mengajar tidak sesuai dengan aturan KTSP, jumlah jam mengajarnya melebihi jumlah jam KTSP.
Comments
jelas dan bisa di pahami.
Untuk itu,..kan ada Permendiknas 22 tahun 2006 yang membolehkan menambah 4 jam dalam satu rombel,...
kalau masih tidak jelas suruh kepala UPTDNYA baca aturan yang ada,...
fahami dan selami,..
jangan cuma menyuruh operator,...
Tapi, apakah untuk Tahun ajaran ini ketentuan seperti itu berlaku kembali ada ada pengurangan.
Makasih sebelumnya
ko bisa jadi 36 jam kang??
untuk kelas 2 kan 27 jam + 4 Jam = 31
ko bisa jadi 36 jam??
untuk kelas 3 pun sama 28 jam + 4 jam = 32 jam
ko bisa jadi 36 jam??
saya guru penjas SD..mengajar 7 rombel tp dlm SK pembagian tugas masing2 rombel JJMnya 3 jam jadi totalnya 21 jam,,,gmn solusinya sedangkan PTK beban ngjar min 24 jam dan info dari pak nazar mapel PJOK JJMnya sdh 4 jam semua
yg saya tulis dibawah ini,
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3JP
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2JP
3. Bahasa Indonesia 5JP
4. Matematika 5JP
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4JP
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3JP
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4JP
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 4JP
B. Muatan Lokal 2JP
C. Pengembangan Diri 2*)JP
Jumlah 34.
ini untuk kelas tinggi(4,5,6) yang menggunakan pendekatan Mata Pelajaran. Untuk Kelas rendah, yang menggunakan Pendekatan Tematik, Perhitungannya berbeda, yaitu :
Kelas 1 = 26 JP
Kelas 2 = 27 JP
Kelas 3 = 28 JP
Mohon pencerahannya. Berkenaan dengan JP Agama dan Penjaskes. Terima kasih.